Mobil Camry hitam itu perlahan masuk ke sebuah lorong kecil di Kecamatan Idi Timur. Siang itu, suasana Gampong Buket Kuta, Kecamatan Idi Timur, tampak biasa anak-anak berlarian, beberapa ibu menjemur pakaian di halaman. Namun, perhatian warga sontak tertuju ke satu titik ketika mobil berhenti di depan rumah kayu tua yang tampak ringkih.
Dari mobil itu turun Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky, S.H.I., M.Si. Dengan langkah tenang, ia mendekati rumah yang berdinding anyaman bambu. Beberapa bagian bolong, sebagian lagi ditambal seadanya. Di dalamnya, tinggal seorang remaja yatim bernama Muhammad bersama ibunya, Salami.
Rumah itu sederhana, bahkan nyaris roboh di beberapa sisi. Saat malam tiba, angin dingin sering menyelinap masuk melalui celah dinding, menembus selimut lusuh yang mereka gunakan.
Namun di tengah kesederhanaan itu, Muhammad tetap berusaha bertahan bersekolah di salah satu SMA di Idi Timur, dengan harapan suatu hari bisa mengubah nasib keluarganya.
Kisah pilu ini akhirnya sampai ke telinga orang nomor satu di Aceh Timur. Tanpa banyak pertimbangan, Bupati Al-Farlaky langsung turun ke lokasi untuk melihat kondisi sebenarnya. Ia tak hanya datang untuk meninjau, tapi juga menunjukkan kepeduliannya.
“Saya sudah lihat langsung. Rumah ini akan kita bangun yang lebih layak untuk Muhammad dan ibunya. Insyaallah masuk dalam program tahun 2026,” ujar Bupati dengan nada tegas namun lembut ketika bertandang ke rumah Muhamad, Kamis 24 Oktober 2025.
Janji itu bukan sekadar kata. Sejak awal menjabat, Al-Farlaky dikenal dekat dengan rakyat kecil sering turun ke lapangan, menyapa warga tanpa protokol kaku, dan menampung aspirasi langsung dari mereka yang paling membutuhkan.
Sebelum meninggalkan lokasi, Bupati menyempatkan diri berbicara dengan Muhammad. Ia menepuk bahu remaja itu, memberi semangat agar terus rajin belajar.
“Giat belajar, jangan bolos. Masa depan itu milik orang yang berusaha,” pesannya singkat, tapi mengandung harapan besar.
Bagi Muhammad, kunjungan itu bukan sekadar momen bertemu pejabat. Itu adalah secercah harapan baru bahwa suatu hari ia dan ibunya bisa tidur nyenyak tanpa khawatir angin malam menusuk dari celah bambu.
Dan bagi Al-Farlaky, ini bukan kunjungan terakhirnya ke rumah warga. Sebab baginya, membangun Aceh Timur bukan hanya soal infrastruktur besar, tapi juga memastikan setiap warganya punya tempat yang layak untuk disebut rumah. [***]

Subscribe to my channel

