ACEH TIMUR– Bangunan itu diberinama Ragkang Pustaka. Dengan luas 4 x 6 meter. Rangkang dalam bahasa Aceh berarti pondok. Dibangun di Meunasah Meucat, Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh sejak 2021 lalu.
Pendirinya, Muhammad Ichsan Abda, memanfaatkan pekarangan rumah orang tuanya. Niatan awal menjadikan lokasi pedalaman itu sebagai tempat belajar bersama.
“Fokus pada penguatan literasi, pengembangan diri anak dan pemuda desa, serta pemberdayaan masyarakat. Sejak berdiri, Rangkang Pustaka aktif menjalankan berbagai kegiatan pendidikan non-formal, pendampingan belajar, hingga program beasiswa bagi pelajar di Aceh Utara,” sebutnya, Kamis (4/9/2025).
Dia pula menjadi pustakawan di lokasi itu.
Dia sadar, Indonesia rendah minat baca. Sehingga diharapkan, kehadiran rangkang itu bisa memperkuat budaya literasi, sekaligus menjadikan perpustakaan sebagai ruang belajar bersama yang hidup dan bermanfaat.
Saat ini, sebanyak 2.042 ekslembar koleksi buku di pustaka itu. Mulai dari buku anak, pelajaran, dan keagamaan. Tidak hanya itu, Ichsan juga menyiapkan bacaan lewat daring melalui laman https://bit.ly/RangkangPustakaKids untuk anak-anak dan https://bit.ly/RangkangPustakaYourself untuk para pemuda.
Rangkang Pustaka klai Ichsan kini sudah menjangkau 846 partisipasi masyarakat dalam berbagai program, 109 penerima manfaat beasiswa dan belanja yatim dan dhuafa.
“Kami bermitra dengan 59 lembaga dan sudah menggelar kegiatan 26 kali dengan tema literasi,” katanya.
Mereka juga memiliki 33 volunteer, 18 petugas rumah baca dan 80 peserta didik yang belajar setiap hari Minggu tingkat SD dan SMP.
“Belajarnya gratis,” terangnya.
Mereka juga mendidik masyarakat untuk belajar menulis opini, cerita pendek, buku, dan berita.
Sisi lain, Ichsan mengembangkan lembaga itu secara swadaya. Berusaha mendapatkan donor maksimal. Namun, apalah daya, tak ramai lembaga yang konsen pengembangan perpustakaan.
“Apalagi perpustakaan di desa,” senyumnya.
Meski begitu, dia terus menjaga keberlangsungan perpustakaan mandiri itu. Suatu hari, dia yakin, dari pustaka itu akan lahir pemimpin Aceh masa depan.
|KOMPAS