EdukasiCerita Haru, Ibu Datang Ambil Ijazah Putrinya yang Telah Meninggal Dunia di...

Cerita Haru, Ibu Datang Ambil Ijazah Putrinya yang Telah Meninggal Dunia di Wisuda PNL

Yusnidar A Wahab tak kuasa menahan tangis ketika namanya putrinya Safira, dipanggil dalam prosesi wisuda di Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL), Provinsi Aceh, Minggu (19/10/2025).

Foto Safira terpajang jelas di layar lebar, namun gadis itu telah pergi untuk selama-lamanya. Meninggal dunia bulan lalu, dua pekan sebelum prosesi wisuda di program studi teknologi rekayasa jaringan telekomunikasi.

Anak pasangan Muslem Mahmud dan Yusnidar A Wahab, meraih Indeks Prestasi Kumulatif 3,21.

Yusnidar ditemani putrinya, adik almarhumah. Direktur PNL Rizal Syahyadi, turun panggung utama menyerahkan ijazah ditemani istrinya Nadia Sartika pada Yusnidar A. Wahab.

Lembaran ijazah itu berpindah tangan dengan penuh khidmat, bukan sekadar dokumen akademik, melainkan simbol cinta, perjuangan, dan ketulusan seorang anak yang telah menunaikan amanah ilmunya hingga akhir hayat.

“Ananda Safira telah menuntaskan perjuangannya. Ia mungkin tidak sempat mengenakan toga ini, tetapi di sisi Allah SWT, ia telah mengenakan mahkota kemuliaan,” tutur Rizal akrab disapa Didi dengan suara bergetar, disambut keheningan dan isak haru hadirin yang menunduk dalam doa.

Dengan mata berkaca-kaca, Nadia Sartika, turut menyampaikan rasa haru dan penghormatannya. Ia mengatakan, momen ini menjadi pengingat bahwa cinta dan doa seorang ibu tak pernah berakhir, bahkan setelah kepergian sang anak.

“Kami turut merasakan duka sekaligus kebanggaan yang mendalam. Safira telah menunaikan amanah ilmunya dengan penuh ketulusan. Semoga ia mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan semoga ibunda beliau senantiasa diberikan kekuatan dan kesabaran,” ungkapnya lembut.

Tangis Ibu Yusnidar pecah perlahan. Ia menerima ijazah itu dengan tangan gemetar, bukan karena kehilangan, melainkan karena kebanggaan yang tak terucapkan. Dalam tatapan matanya, tergambar kasih sayang yang abadi, kasih sayang yang menjembatani bumi dan surga.

Kini, nama Safira akan selalu dikenang di kampus tercinta PNL, bukan sekadar sebagai mahasiswa, tetapi sebagai simbol bahwa ilmu sejati tidak mengenal kematian. Ia mengajarkan bahwa menuntut ilmu adalah bentuk pengabdian, dan pengabdian yang tulus akan selalu mendapat tempat di sisi Tuhan. Ijazah itu mungkin kini tersimpan di tangan seorang ibu, tetapi maknanya telah menembus langit.

“Terima kasih atas ilmu yang diberikan buat almarhumah Saifra,” pungkas Yusnidar sambil menahan tangis.

|KOMPAS

Bagikan Postingan

Postingan Terpopuler

Pilihan Untukmu

Bupati Al-Farlaky ; 1 Bulan Ini Seluruh SPPG Aceh Timur Wajib Sertifikat Laik Higine

Aceh Timur — Pemerintah Kabupaten Aceh Timur menggelar rapat...

Wali Kota Lhokseumawe Cabut Rekomendasi Dukungan Konser Dewa 19

LHOKSEUMAWE – Wali Kota Lhokseumawe, Sayuti Abubakar mencabut rekomendasi...

Bupati Al-Farlaky Kerahkan Alat Berat Bantu Tangani Longsor di Pedalaman Birem Bayeun

Aceh Timur — Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky,...

Pertama di Aceh, Bupati Ayahwa ; Antar Pasien dari UGD ke Ruangan Harus Pakai Mobil…

LHOKSEUMAWE – Manajemen Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM)...

Meski Ada Penolakan, EO Pastikan Konser Dewa 19 di Lhokseumawe Sesuai Jadwal

LHOKSEUMAWE– Even Organizer Melofest sebagai promotor konser Dewa 19...