Connect with us

Dinas Kesehatan Aceh Utara : Upaya Pencegahaan Masalah Kesehatan Jiwa di Sekolah

Advertorial

Dinas Kesehatan Aceh Utara : Upaya Pencegahaan Masalah Kesehatan Jiwa di Sekolah

DINAS Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, bersama United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), lembaga dunia yang menangani persoalan anak-anak menggelar orientasi kesehatan jiwa untuk sekolah, pada 23 Februari 2024.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Amir Syarifuddin, menyebutkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 prevelensi ganggual mental emosional pada penduduk umur > 15 tahun 6% dan meningkat menjadi 9% pada tahun 2018.

Prevalensi merokok pada penduduk umur 10 – 18 tahun, terus mengalami peningkatan yaitu 7,2% (Riskesdas tahun 2013), 8,8% (Sirkesnas tahun 2016) dan 9,1% (Riskesdas tahun 2018) dan 6% dari remaja perokok adalah perokok aktif (setiap hari). Proporsi minuman beralkohol pada umur > 10 tahun adalah 3,0%  (Th. 2007) meningkat menjadi  3,3% (Th 2018),  27% pengguna NAPZA adalah pelajar. Kasus kekerasan 4.885 aduan.

Sisi lain, pada November 2022-Januari 2023, UNICEF melakukan konsultasi remaja terkait dukungan kesehatan mental dan pola asuh positif di Aceh, sebanyak 25 orang remaja rentang usia 10-19 tahun dan 25 orang tua/pendamping remaja yang tersebar di 6 Kab/Kota di Aceh serta 887 responden yang berasal dari U-Reporters yang tersebar di 23 Kab/Kota mengaku bahwa kesehatan jiwa menjadi salah satu tantangan besar yang dialami remaja di Aceh saat ini.

Amir Syarifuddin | Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara

Ketidakmaksimalan praktik pola asuh positif menyebabkan remaja mengalami hambatan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari, diantara hambatan tersebut seperti stress, gangguan belajar, sampai rasa cemas yang berlebihan. Remaja mengaku bahwa tak jarang hambatan tersebut juga berdampak pada masalah lainnya seperti remaja yang cenderung menjadi perokok aktif, perundung yang kian masif, aktifitas menyakiti diri sendiri, hingga pikiran untuk melakukan bunuh diri.

Berdasarkan hasil Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2021, pengguna layanan kesehatan jiwa dalam 12 bulan terakhir menunjukkan:

Hanya sebagian kecil dari remaja (1,97%) menggunakan layanan untuk kebutuhan kesehatan jiwa mereka

Hampir 40% remaja mencari pertolongan ke layanan sekolah. Sebaliknya, 4,29% dari pengasuh remaja merasa memerlukan layanan kesehatan jiwa untuk anaknya tetapi tidak melakukannya karena beberapa alasan. Dari sudut pandang remaja, terdapat beberapa mekanisme coping yang mereka gunakan untuk menghadapi gangguan kejiwaan mereka.

Melihat  hal tersebut, upaya peningkatan kesehatan jiwa anak usia sekolah juga merupakan unsur penting dalam peningkatan kesehatan anak usia sekolah mengingat kesehatan anak usia sekolah  bukan hanya secara fisik saja, melainkan juga sehat secara mental, spiritual dan sosial. Selain itu upaya peningkatan kesehatan jiwa anak usia sekolah sejalan dengan penerapan pendidikan karakter anak usia sekolah.

Upaya Peningkatan Kesehatan jiwa anak sekolah mengacu pada penerapan kebijakan paradigma sehat yang mengutamakan upaya promotif dan preventif.

Tahun 2022 Direktorat Kesehatan Jiwa telah mengembangkan model Upaya Kesehatan Jiwa di Sekolah di Kota Tangerang dan Kota Kupang di 20 sekolah. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan terhadap pelaksanaan upaya kesehatan jiwa diperoleh sebagai berikut:

  • Berdasarkan interpretasi data skrining kesehatan jiwa didapatkan siswa bersamasalah kesehatan jiwa baik di Kota Tangerang dan Kota Kupang sebanyak 65%
  • Pelaksanaan intervensi hasil skrining kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan kegiatan Sekolah Sehat belum dapat dilakukan secara

Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2023, Direktorat Kesehatan Jiwa menyelenggarakan kegiatan Upaya Kesehatan Jiwa di Sekolah yang terintegrasi dengan kegiatan Sekolah sehat di 4 provinsi  yaitu Banda Aceh Provinsi Aceh (5 Sekolah), Sumba barat dan Barat daya Provinsi NTT (5 Sekolah), Ponorogo (3 Sekolah) dan Tulungagung (3 Sekolah)  Provinsi Jawa Timur, Rembang (3 Sekolah) dan Blora (3 sekolah) Provinsi Jawa Tengah, dengan lebih menekankan kepada peran sekolah dalam melakukan tindak lanjut hasil skrining kesehatan jiwa.

Guna meningkatkan jangkauan edukasi mengenai kesehatan jiwa remaja dan upaya pencegahan masalah kesehatan jiwa di sekolah di Aceh, Pemerintah Aceh, melalui Dinas Kesehatan, dengan dukungan PKBI Aceh dan UNICEF akan melakukan kegiatan peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan Puskesmas, pendidik, dan kader remaja mengenai kesehatan jiwa di sekolah.

Dinas Kesehatan Aceh, PKBI dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara melaksanakan Orientasi kegiatan kesehatan jiwa sekolah yang mencakup upaya pencegahan masalah kesehatan jiwa  dan pertolongan pertama pada luka psikologis (P3LP).  Luka psikologis dapat terjadi ketika seseorang mengalami masalah dalam kehidupannya. Faktor yang bisa memicu luka psikologis pada remaja antara lain masalah tugas sekolah, perundungan (bullying), hubungan dan tekanan teman sebaya, hubungan dengan guru/pihak sekolah, masalah dengan orang tua atau saudara, masalah ekonomi, dan lain-lain.

Dalam narasumber kegiatan yaitu Yusraida, S.Psi, M.Psi dan Ns. Sri Dahlia, S.Kep. M.Pd memaparkan Beberapa contoh luka psikologis yang seringkali dialami oleh remaja  antara lain: kecemasan yang berlebihan, stres, tekanan teman sebaya (peer pressure) dan perundungan/bullying, gejala depresi, dan perilaku menyakiti diri sendiri (self harm).  Sama seperti luka fisik, luka psikologis juga perlu mendapatkan pertolongan pertama agar kondisinya tidak jadi lebih parah atau bahkan, jika terlambat  ditangani, bisa menjadi gangguan jiwa.

Lebih lanjut para narasumber menyampaiakan perlunya Pertolongan pertama pada luka psikologis atau bisa disingkat menjadi P3LP adalah dukungan untuk mengurangi tekanan akut setelahterjadinya peristiwa/situasi yang menekan (stressor) sehingga tidak terjadi dampak-dampak negatif yang berpotensi muncul dan menilai adanya  kebutuhan akan perawatan kesehatan jiwa lebih lanjut yang dibutuhkan.

Mirip seperti Pertolongan Pertana pada Kecelakaan (P3K), Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP) melibatkan pemberian pertolongan pada reaksi individu pada saat mereka mengalami pengalaman yang sulit, seperti kesal atau sedih. Kamu bisa membayangkan P3LP ini seperti memberikan plester (band aid) pada emosi yang muncul, dan jika diperlukan, bisa membantu mereka untuk terhubung dengan orang lain yang dapat memberikan dukungan.

P3LP bisa dilakukan oleh diri sendiri saat mengalami luka psikologis atau bisa juga diberikan kepada orang lain yang sedang mengalami luka psikologis, sesuai dengan kemampuan kita. Sama seperti pada luka fisik, pemberian P3LP adalah untuk pertolongan awal sesegera mungkin agar kondisi luka psikologis tidak memburuk sebelum mendapatkan pertolongan tenaga profesional kesehatan jiwa.

|ADVERTORIAL

Dapatkan berita terbaru dari Bakata.id dengan berlangganan notifikasi portal berita ini.

More in Advertorial

To Top