ACEH UTARA | Warga dari empat desa di Kecamatan Geureudong Pase, Kabupaten Aceh Utara, terpaksa patungan untuk mengeruk saluran agar bisa dialiri air sungai ke areal persawahan. Keempat desa itu yakni Desa Krueng Embang, Dayah Seupeng, Peudari, dan Desa Pulo Meuria.
“Kami patungan Rp 30.000 per kepala keluarga. Uang itu digunakan menyewa alat berat untuk mengeruk saluran air dari sungai ke areal persawahan. Saluran itu sumbat selalu dengan batu-batu besar seiring yang dibawa banjir,” kata seorang warga Desa Krueng Embang, Sawali, Rabu (13/2/2019).
BACA JUGA : Seleksi P3K, Kemenag Usulkan 20.790 Formasi Tenaga Guru dan Dosen
Jika tidak memindahkan batu di saluran itu, maka air sungai tak bisa dialirkan ke areal persawahan. Praktis mereka hanya menunggu air hujan atau dengan pola tanam tadah hujan.
Terkadang, sambung warga lainnya, Zulkifli, mereka bergotong royong untum memindahkan batu yang menutup saluran air. “Kalau batunya besar-besar harus pakai alat berat baru sanggup dipindahkan. Tak cukup kuat tangan manusia. Ini kami harap jadi perhatian pemerintah,” katanya.
Bahkan dia berharap, pemerintah menyediakan mobil alat berat setiap petani akan turun ke sawah di lokasi itu. “Sehingga kami tak ada kendala air untuk areal persawahan. Daerah pedalaman ini kami harap juga diperhatikan pemerintah,” terangnya. |JA